Friday, October 21, 2011

The Virgin Blue

Saat kecil dulu, aku sering bertanya-tanya, mengapa jubah yang dipakai Bunda Maria pada patung atau lukisan selalu berwarna biru? Apakah Ia hanya punya satu jubah saja? Tentu saja itu pemikiran lugu seorang anak. Namun setelah membaca historical fiction karya Tracy Chevalier ini, aku kembali bertanya dengan sudut pandang baru: Apa yang sesungguhnya mau dilambangkan dengan warna biru pada jubah Maria? Mengapa harus biru, dan biru yang bagaimana? Dan inilah sedikit penjelasan yang kudapat dari beberapa artikel di internet,


Mengapa Biru?

Warna biru secara biblical melambangkan kemuliaan dan keagungan surgawi. Karena Bunda Maria adalah satu-satunya manusia yang diangkat ke surga dan menikmati kemuliaan surga, maka ia layak mengenakan warna biru.

Menurut International Marian Research Institute di University of Dayton, warna yang dipakai untuk jubah Bunda Maria bukan biru langit, melainkan biru yang lebih tua. Pada jaman tahun 500 SM, warna biru tua itu berasal dari jaman Byzantium, yang melambangkan "ratu". Maria dianggap sebagai Ratu Surgawi, maka ia layak mengenakan warna biru tua itu.

Ada juga yang mengatakan bahwa warna biru tua di Palestina melambangkan status “ibu”.

Sedang dalam teknik pewarnaan jaman abad pertengahan, warna biru tua itu berasal dari batu lapis lazuli, yang saat itu diimpor dari Afganistan dan nilainya melebihi emas. Maka, sebagai ungkapan devosi umat untuk memuliakan Bunda Maria, mereka "memberikan" jubah yang tergerai panjang berwarna biru, sebiru lapis lazuli.

Warna biru batu lapis lazuli

The Virgin Blue

Warna biru lapis lazuli itulah yang menghubungkan takdir dua wanita yang terpisah selama 400 tahun.

Di abad 16, hiduplah Isabelle du Moulin, seorang gadis kecil yang tinggal di Prancis. Suatu hari sebuah patung Bunda Maria diletakkan di gereja setempat, dan saat dinding sekitarnya dicat warna biru tua sesuai warna jubah Bunda Maria, matahari senja menyinari kepala Isabelle dan membuat rambutnya berwarna merah tembaga, persis warna rambut (yang diyakini) milik Bunda Maria. Sejak saat itu Isabelle dijuluki La Rousse, yang merujuk pada julukan Sang Perawan Maria.

Di abad 20, seorang wanita bernama Ella Turner memulai hidup baru di Prancis bersama suaminya, Rick. Meski tumbuh di Amerika, Ella ternyata memiliki darah Prancis dari ayahnya. Tournier adalah nama keluarga dan nenek moyangnya. Pada suatu hari Ella bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat warna biru yang bergelombang dan suara berdebum seolah ada batu besar jatuh, juga suara lirih sebuah nyanyian, yang ternyata diambil dari Kitab Mazmur 31: 12-13. Sejak saat itu ia sering mendapatkan mimpi warna biru yang sama itu berulang-ulang. Apa arti mimpi ini?

Oleh Tracy Chevalier, kisah kedua wanita ini diceritakan secara bersamaan dari awal, secara bergantian. Awalnya hampir tak ada kaitan antara keduanya, kecuali kesamaan warna biru itu. Abad 16 merupakan awal tumbuhnya Kristen Protestan (Reformasi Protestan) yang dipelopori oleh Martin Luther. Kaum Protestan meyakini bahwa umat Kristen seharusnya berdoa langsung kepada Tuhan, tanpa perantara, karena keselamatan hanya datang Yesus Kristus. Hal ini menentang ajaran/ritual Katolik yang menganggap Bunda Maria adalah perantara antara manusia dan Tuhan. Reformasi Protestan ini dibawa ke Prancis dan Swiss oleh John Calvin. Banyak petani di daerah itu yang menganut ajaran Calvin yang lalu disebut Calvinist atau "Kebenaran". Penganut Kebenaran di Prancis ini dijuluki kaum Huguenot.

Karena menentang peran Bunda Maria, kaum Huguenot pun memusuhi Isabelle dan ibunya. Saat gereja Katolik diambil alih dan pastornya diusir, kaum Huguenot memaksa Isabelle untuk menghancurkan patung Perawan Maria. Isabelle dianggap sebagai penyihir, apalagi karena rambutnya semakin berwarna merah tembaga. Di tengah semua itu, Isabelle tetap memendam devosinya terhadap Bunda Maria, meski secara diam-diam. Bahkan setelah ia (terpaksa) menikah dengan Etienne Tournier karena terlanjur hamil. Karena kedekatannya dengan Bunda Maria itulah Isabelle senantiasa dijauhi oleh penduduk. Ia akhirnya berhasil menamai anak perempuannya Marie (dari nama Maria) meski untuk itu harus mengancam Etienne.

Dimusuhi penduduk ternyata merupakan kesamaan lain Isabelle dengan Ella Tournier. Berdiam di kota kecil bernama Lisle-sur-Tarn, Ella merasa ia dimusuhi karena ia orang asing $28Amerika) yang tak fasih berbahasa Prancis. Seperti Isabelle, Ella merasa sendirian. Untuk menghibur diri, Ella pun mulai mencari tahu tentang nenek moyangnya, keluarga Tournier. Ia dibantu oleh pustakawan tampan bernama Jean Paul yang suka sinis dan berdebat dengannya. Kedekatan mereka berdua dalam proyek itu menyadarkan Ella bahwa ada sesuatu yang berubah dalam pernikahannya dengan Rick. Ella dan Jean Paul pun mulai jatuh cinta...

Empat ratus tahun sebelumnya, pernikahan Isabelle dan Etienne jauh lebih tak bahagia lagi. Bukan saja penduduk, namun suami, mertua dan salah satu putranya juga memusuhi dirinya yang dianggap penyihir. Saat menemukan helai rambut merah mulai tumbuh di kepala putrid bungsunya, Marie, ia pun ketakutan. Di sisi lain, meski tak sampai selingkuh seperti Ella, ada seorang penggembala bernama Paul yang mencintai Isabelle dengan caranya yang unik. Rambut merah Marie dan Paul adalah sebagian rahasia pribadi Isabelle.

Pada tahun 1572 terjadi pembantaian terhadap kaum Huguenot oleh kaum Katolik atas perintah ibunda Raja, yang disebut Pembantaian St. Bartholomew's Day (karena terjadi pada hari peringatan St. Bartolomeus). Saat itu keluarga Tournier terpaksa pindah untuk menyelamatkan diri ke Swiss, tepatnya ke desa Moutier yang letaknya dekat perbatasan dengan Prancis. Sementara itu Ella terus menelusuri jejak leluhurnya berkat bantuan sepupu ayahnya yang tinggal di Swiss, Jacob Tournier. Saat itu Ella berhasil mendapatkan sebuah peninggalan berharga berupa Alkitab milik keluarga Tournier, terbukti dari nama-nama seluruh keluarga Tournier yang tercantum di situ.

Pembantaian St. Bartholomew's Day yang diilustrasikan dalam sebuah lukisan

Di rumah baru di Moutier, Isabelle pada suatu hari menemukan sehelai kain biru sewarna biru yang dipakai Sang Perawan Maria yang ia miliki secara diam-diam. Dan pada suatu hari lainnya Etienne menemukan bahwa anak gadisnya, Marie mengenakan kain biru itu di balik roknya, yang membuat Etienne marah besar.

Sementara itu, pencarian Ella akan leluhurnya membawanya ke rumah pertanian yang diyakini dulu pernah ditempati keluarga Tournier 400 tahun lalu. Hal ini dipastikan karena Etienne membangun cerobong asap di rumah itu, yang langka pada jaman itu. Dan di rumah itulah, semua misteri di balik warna biru itu akan sedikit terungkap. Sedikit, karena memang tak sepenuhnya menjawab semua misteri. Menurutku, Tracy Chevalier menulis dengan sedikit gaya realisme magis, dengan meminjam pemujaan atau devosi kepada Bunda Maria. Bagaimana pun Ella lah tampaknya yang memang harus menemukan rahasia yang mengejutkan yang telah terkubur selama empat abad itu.

Kalau begitu, bagaimana dengan kegalauan hati Ella sendiri terhadap dua pria yang mencintainya? Akankah ia dapat mempertahankan perkawinannya dengan Rick? Ataukah ia akan memilih bersama Jean Paul yang selalu dapat memahaminya?

Terus terang aku kagum pada Tracy Chevalier. The Virgin Blue adalah novel historical fiction pertamanya, namun ia telah dengan piawai membawa kita pada suasana magis, sekaligus romantis di tengah sejarah abad ke 16. Di awal kisah, cerita tentang Ella dan Isabelle dituturkan dalam alur lambat, yang satu menyusul yang lain. Namun makin ke belakang, kisah keduanya makin membaur hingga akhirnya menyatu dalam sebuah pemahaman. Indah sekali cara penulisannya ini, dan makin mdmpesona karena Tracy memasukkan unsur lain ke dalam kisah ini, yaitu sebuah lukisan.


Biru dalam Lukisan

Selain Alkitab kuno yang menjadi bukti keberadaan leluhurnya, , Ella juga menemukan kemungkinan salah satu leluhurnya adalah seorang pelukis Prancis yang melukis Bunda Maria dalam jubah warna biru tua, seperti yang selalu muncul dalam mimpinya. Lukisan itu adalah "The Entombment", dilukis oleh Nicolas Tournier di sekitar abad 16.

Lukisan "The Entombment" yang dilihat Ella Tournier di kisah ini

Dalam kehidupan nyata, Nicolas Tournier sungguh-sungguh ada, dan Tracy tak sengaja menemukan lukisannya yang berjudul "Crucifixion" di sebuah museum. Dalam lukisan itu, Bunda Maria mengenakan jubah warna biru seperti yang dibayangkan oleh Tracy waktu menulis kisah ini. Saat itu ia telah mulai menulis tentang keluarga Tournier, dan sangat kaget waktu menemukan bahwa pelukis Crucifixion itu bernama Tournier juga. Pelukis itu juga tinggal di Montbeliard yang hanya 30 mil dari Moutier, lokasi yang dipakai Tracy dalam kisah ini.

Lukisan "Crucifixion" karya Nicolas Tournier yang dilihat Tracy Chevalier di museum

Terlalu banyak kebetulan? Ah....bagaimana pun hidup ini selalu penuh dengan misteri kan? Empat bintang untuk The Virgin Blue!

Judul: The Virgin Blue
Judul terjemahan: Biru Sang Perawan
Penulis: Tracy Chevalier
Penerjemah: Lanny Murtiharjana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juli 2006
Tebal: 353 hlm

No comments:

Post a Comment

Bagaimana pendapatmu?