Friday, January 2, 2009

Maharani [Imperial Woman]

Salah satu karya Pearl S. Buck tentang lika-liku hidup seorang wanita di balik dinding-dinding megah kekaisaran Manchu di Cina. Kisah ini adalah sebuah fiksi yang didasari oleh sejarah. Maharani adalah kisah seorang wanita yang amat ambisius, yang rela mengorbankan hidup pribadi bahkan cintanya sendiri demi ambisi menjadi yang terbesar. Inilah kisahnya...

-----


Pada tahun 1852, Orchid adalah seorang gadis yang tengah tumbuh remaja di sebuah rumah sederhana milik pamannya. Ia tinggal bersama ibu, adik, dan adik sepupunya, Sakota. Pada saat berusia 17 tahun, ia dipilih menjadi salah satu calon selir Kaisar Hsieng Fen yang berkuasa saat itu. Padahal, Orchid dan sanaknya Jung Lu, pengawal gerbang Kota Terlarang, yakni kompleks dimana Kaisar tinggal, saling mencintai dan sudah dijodohkan. Namun, daripada menikah dengan Jung Lu dan menjadi ibu rumah tangga, ia memilih menjadi selir kaisar. Tapi, ini tidak mudah karena ada 59 gadis lain yang menjadi saingannya. Namun sebelum berangkat pun, semua orang yakin bahwa Orchid akan menjadi nomor satu. Ini karena ia gadis yang rupawan, dengan perawakan tegak dan langsing, mata yang tajam dan jernih, serta memiliki kekuatan dan kecerdasan yang menjadi ciri khasnya.


Tiba di istana, Orchid sangat bersemangat melihat kebesaran dan kemegahan istana. Sebelum berangkat ibunya telah memberikan 2 tips agar dirinya terpilih, yaitu: memisahkan diri dari yang lain agar ia menjadi istimewa, dan berbaik-baiklah pada Ibu Suri, karena Ibu Suri ikut menentukan permaisuri dan selir bagi putranya, sang Kaisar. Maka dari hari pertama Orchid mulai banyak mengundang perhatian dengan datang terlambat pada waktu pemilihan, hingga berani menatap wajah Kaisar pada saat diperlihatkan pada saat pemilihan, padahal menurut adat mereka tidak boleh menatap langsung wajah Kaisar. Akibatnya, Kaisar segera terpikat pada kecantikannya, meski Ibu Suri telah memperingatkan putranya bahwa gadis ini keras hatinya.


Karena Sakota adalah sanak dari permaisuri terdahulu, maka Sakota-lah yang terpilih menjadi permaisuri. Sedang Orchid menjadi salah seorang selir, yang mulai saat itu dipanggil Yehonala sesuai nama marganya. Kaisar memiliki banyak selir, saking banyaknya kadang-kadang seorang selir tak pernah dipanggil untuk melayani Kaisar di tempat tidurnya hingga akhir hayatnya. Pada saat itu, ada seorang kasim rendahan bernama Li Lien Ying yang berusaha menjadi pelayan dan bersekutu dengan Yehonala, karena sang kasim yakin bahwa Yehonala akan naik sampai kedudukan yang tinggi di istana itu, dan pada saat itu si kasim berharap dapat ikut naik juga jabatannya. Inilah salah satu contoh intrik-intrik yang ada di dalam tembok istana, dan intrik ini terjadi mulai dari jabatan yang tinggi, pangeran dan menteri, sampai pada pelayan dan kasim rendahan.


Demikianlah, pada suatu malam Li Lien Ying membisiki Yehonala bahwa Sakota sang permaisuri sedang mengandung. Bila anaknya laki-laki, anak itu kelak akan menjadi pewaris takhta, dan ibunya menjadi ratu atau ibu suri. Namun bila perempuan, maka Kaisar akan mulai memilih dari antara selirnya untuk bisa mendapatkan anak laki-laki. Dan Li Lien Ying memperkirakan Kaisar akan segera memanggil Yehonala dalam waktu dekat, maka bersiap-siaplah Yehonala. Ia mulai rajin membaca buku-buku dan belajar banyak hal dari perpustakaan istana. Ia juga khusus membawakan buah semangka yang sudah ranum pada Ibu Suri yang memang doyan semangka. Betapa senang hati Ibu Suri, dan ia-pun menceritakan tentang si selir Yehonala pada putranya. Maka, besok malamnya Yehonala pun mendapat panggilan yang ia sudah tunggu-tunggu dari Kaisar. Dan malam itu, berkat daya pikatnya yang kuat Yehonala berhasil merebut cinta si Kaisar. Ia akhirnya berhasil menjadi selir paling favorit si Kaisar.


Dalam pada itu, karena Jung Lu adalah sanaknya, Yehonala kadang-kadang memanggilnya untuk curhat. Jung Lu yang begitu besar cintanya pada Yehonala selalu menyemangati Yehonala untuk selalu kuat agar dapat mencapai cita-citanya menjadi ratu. Namun, karena kerinduan dan gairah mudanya, ia pun pada suatu hari sempat berhubungan badan dengan Yehonala di dalam istana tanpa diketahui siapapun. Itu hanya terjadi sekali, dan setelah itu Jung Lu selalu bertindak sebagai bawahan yang hormat dan setia pada sang calon Ratu.


Pada saat seluruh negeri menunggu sang permaisuri melahirkan, Yehonala memperhatikan ada suatu perubahan pada tubuhnya. Ia-pun kini sedang mengandung, dan ia amat yakin bahwa yang dikandungnya adalah bayi lelaki. Maka pada saat Sakota ternyata melahirkan bayi perempuan, Yehonala langsung menghadap Ibu Suri yang amat kecewa karena belum mendapatkan pewaris, dan melaporkan bahwa ia, Yehonala akan memberikan Kaisar seorang putra.


Maka Yehonala menjadi sangat dimanja oleh Kaisar. Karena Kaisar Hsien Feng ini lemah, baik fisik maupun mentalnya, sedikit demi sedikit Yehonala berhasil membujuknya agar ia, Yehonala diperbolehkan membantu masalah kenegaraan. Maka, setelah mendapat laporan dari bawahannya, Kaisar biasanya berkonsultasi dengan Yehonala, baru memberikan keputusan. Semua orang tahu akan hal ini. Yehonalapun semakin rajin mempelajari politik, sampai akhirnya ia melahirkan bayi lelaki yang sehat dan tampan, pewaris Kaisar. Sejak saat itu, Sakota iri padanya dan mulai menjauhinya. Apalagi, Yehonala dianugerahi pangkat setara dengan permaisuri, yaitu sebagai Ratu Istana Barat, dengan nama baru: Tzu Hsi. Sedang Sakota adalah Ratu Istana Timur.

Sementara itu, Yehonala juga mendapatkan dukungan dan kesetiaan dari An Teh Hai, si Kasim Kepala dan Li Lien Ying sebagai sekutu-sekutunya. Dari mereka ia banyak mendapat informasi tentang gosip dan intrik yang sedang terjadi di sekeliling Takhta Naga, diantaranya tiga pangeran yang ingin memberontak jika Kaisar mangkat.


Pada waktu itu, negara-negara Barat (Amerika dan Eropa) mulai masuk ke daratan Cina dan banyak menuntut untuk diberi kemudahan dalam berdagang dan menyebarkan agama. Mereka tidak mau bersujud kepada Kaisar bila menghadap, karena menurut ajaran agama, mereka tidak boleh bersujud kepada manusia. Hal ini dianggap kekaisaran sebagai penghinaan, dan Kaisar ingin mengusir orang-orang Barat itu keluar dari negerinya, namun dengan resiko pihak Barat akan melancarkan perang. Yehonala sebagai penasihat terpercaya Kaisar menasihati agar pemerintah mengambil sikap menunggu dan menunda-nunda kedatangan mereka.


Pada saat itu, Tzu Hsi sudah mulai dewasa cara berpikirnya, dan ia paham bahwa tak ada jalan lain, ia harus melupakan masa lalu, menjadi kuat, mengasuh Putra Mahkota hingga dewasa dan mewujudkan impiannya. Para bawahan Kaisar-pun sudah lebih banyak membicarakan soal kenegaraan dengan Tzu Hsi. Tzu Shi adalah wanita yang unik. Ia adalah gabungan antara kelembutan dan kekejaman, antara kecerdasan dan keangkuhan. Ia keras kepala, namun bila diperlukan, ia bisa menjadi diplomat yang ulung. Semuanya ini membuatnya tidak lagi dipandang sebagai wanita, ia bagaikan gabungan kecantikan wanita dengan otak laki-laki. Di atas semuanya itu, ia sangat ambisius. Ia dapat mempengaruhi Kaisar, sehingga Kaisar tidak mempertimbangkan pendapat menterinya lagi. Akibatnya, bangsa Barat marah besar dan akan menyerang ibukota. Maka Kaisar terpaksa membuat perjanjian gencatan senjata, sementara semua keluarga kerajaan harus mengungsi ke kota Jehol.


Benar saja, Istana Musim Panas yang sangat dikagumi dan dicintai*oleh Tzu Shi luluh lantak akibat serangan tentara Barat, dan membuat Tzu Hsi sangat sedih. Ditambah lagi kenyataan bahwa dirinya sudah lama tidak dipanggil untuk menemani Kaisar. Dari bisik-bisik sekutu setianya, sang Kasim Kepala, tahulah ia bahwa 3 serangkai pangeran sanak Kaisar telah merencanakan merebut hak perwalian Putra Mahkota dan akhirnya merebut takhta. Tzu Hsi sangat gundah mendengar ini. Ia langsung memutuskan akan mengamankan pewarisan takhta kekaisaran lewat sebuah surat yang ia tulis sendiri. Di saat yang sama, 3 serangkai juga menyiapkan surat untuk menunjuk mereka sebagai wali. Mereka harus beradu cepat mendapatkan tanda tangan Kaisar! Karena fisiknya sudah terlalu lemah akibat terlalu banyak main wanita dan pengaruh candu, malam itu Kaisar sekarat. Tzu Hsi berhasil mendapatkan tanda tangan Kaisar beberapa detik sebelum Kaisar wafat.


Dengan demikian, jadilah Tzu Hsi seorang Ibu Suri. Ia berhasil mengamankan cap kekaisaran berkat bantuan sanaknya Jung Lu dan kasim Li Lien Ying, dan demikian mengamankan kedudukan sang Putra Mahkota sebagai calon Kaisar. Ia memaksa pula Ratu Istana Timur, Sakota untuk menjadi wali bersama dirinya, agar Sakota tidak dapat berbalik memusuhinya. Sementara itu, Tzu Hsi-lah yang mengurus kenegaraan. Dalam perjalanan pulang dari Jehol ke ibukota, ada rencana kudeta yang membahayakan jiwa Putra Mahkota. Beruntunglah, Jung Lu selalu setia melindungi Tzu Hsi dan Putra Mahkota (yang diduga keras sebenarnya anak Jung Lu!) sehingga malapetaka tak terjadi.


Pada saat-saat tertentu sang Ibu Suri merasakan kesepian yang amat sangat. Ia tidak dapat mempercayai siapapun, dan tak ada yang mencintainya dengan tulus, kecuali Jung Lu. Meski Jung Lu sudah dinikahkan dengan wanita yang tidak ia cintai, cintanya yang tulus dan setia tetap hanya untuk Tzu Hsi seorang. Bahkan Kaisar, yang adalah putranya sendiri tidak mencintai Tzu Hsi. Dan ketika Kaisar mangkat, keponakan Tzu Hsi yang ia jadikan Kaisar-pun tidak mencintainya. Mereka semua Kaisar-Kaisar yang lemah. Sehingga selama itu sang Ibu Suri menjadi penguasa tertinggi takhta naga. Ia bertambah tamak dan haus akan kemewahan, dan tidak mau menerima perubahan peradaban. Saat negara harusnya membuka pintu bagi hubungan diplomatik dengan negara-negara lain di muka bumi ini, ia justru menutup pintu dan malah memusuhi negara-negara lain, termasuk Jepang dan Rusia yang notabene sama-sama dari Asia.

Hal inilah yang hampir saja meruntuhkan kekaisarannya. Untungnya, pada saat-saat kritis ia sadar dan akhirnya mau berkompromi dengan peradaban modern. Namun, untuk itu, amatlah mahal harga yang harus ia tanggung, baik secara personal maupun kekaisarannya sendiri.


Catatan Fanda
:
Maharani adalah sosok wanita mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Percaya diri akan kemampuannya, semangatnya tak pernah luntur bila ia sudah berketetapan hati untuk mencapai cita-citanya. Aku seperti melihat diriku sendiri dalam karakter-karakter itu. Namun, ia bisa menjadi kejam pada orang lain yang menghalanginya, dan ia juga amat sangat serakah. Selain itu, ia tak pernah mau mengakui kesalahannya. Inilah sifat-sifat yang tidak aku senangi. Mungkin, untuk menjadi seorang penguasa kerajaan besar pada jaman itu, memang ia harus bersikap demikian. Selain itu, aku belajar bahwa, seperti kata pepatah: semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Semakin tinggi kekuasaan atau jabatan seseorang, semakin kesepian ia, dan semakin banyak kendala dan problema yang ia hadapi, apalagi bila ia seorang wanita. Bagi para wanita, ambillah teladan kemandirian dan percaya diri sang Maharani. Meski kita wanita, kita berhak untuk memiliki impian dan bekerja keras untuk mewujudkannya. Namun kita semua harus ingat, untuk tidak serakah
. Ingatlah bahwa kita tidak dapat mendapatkan semuanya dalam hidup ini. Pada suatu titik, kita harus berkompromi dan mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan lainnya yang lebih baik.

Jika anda suka kisah-kisah klasik, budaya atau sejarah, buku dengan total 629 halaman ini asyik dibaca dan layak masuk dalam daftar bacaan anda. Pearl S. Buck berhasil memukau pembacanya dengan intrik-intrik dan suasana serta budaya Cina yang memang indah. Moga-moga review-ku kali ini tidak membosankan, tetapi masih tetap menyisakan penasaran untuk anda segera mencari bukunya dan membacanya juga...