Friday, March 30, 2012

Sign Up BBI 1st Giveaway Hop

Tak terasa, 13 April 2012 nanti BBI (Blogger Buku Indonesia) akan berulang tahun yang pertama. Untuk itu, aku bersama dengan 2 anggota BBI lainnya: Oky dan Maya ingin membuat (sebagai host) giveaway hop sekalian meramaikan ultah BBI.

Apa itu giveaway hop?

Giveaway hop adalah beberapa blogger yang mengadakan giveaway dengan tema yang sama secara serentak, masing-masing memposting di blognya sendiri. Dalam giveaway hop biasanya ada host (penyelenggara).

Dan inilah giveaway hop yang kami adakan KHUSUS untuk para blogger yang sudah tergabung dalam BBI (daftarnya dapat dilihat di sini, atau bagi yang memiliki blog khusus buku namun belum tercantum, dapat mendaftarkan diri di tempat komentar link yang sama).

Waktu dan Tema:

Waktu posting: 13 April 2012 (kalau bisa sebelum pk. 12:00 siang)
Waktu giveaway: 13 April s/d 26 April 2012
Hadiah: buku (jumlah terserah) karangan PENULIS LOKAL

Posting giveaway hop:
  • Judul (harus seragam): BBI 1st Giveaway Hop.
  • Mencantumkan blog Fanda's Historical Fiction, Kumpulan Sinopsis dari Okeyzz dan Dear Readers sebagai host.
  • Mencantumkan button BBI 1st Giveaway Hop di bawah ini.
  • Teknis pelaksanaan giveaway terserah pemilik blog masing-masing, tapi saran kami kalau memberi pertanyaan/tugas jangan terlalu sulit (misal bikin cerpen), karena waktu peserta pasti terbatas karena banyak blog yang bikin giveaway juga.
  • Bagi yang ingin memakai form dengan Google Docs atau Rafflecopter (tool khusus untuk giveway), kami menyediakan tutorial-nya. Untuk Google Docs klik disini, sedang untuk Rafflecopter klik disini.


Dan serunya giveaway hop ini adalah...

Begitu kita masuk salah satu blog yang mengadakan giveaway, maka kita akan langsung menemukan juga link blog-blog SEMUA anggota BBI yang ikutan giveaway hop ini (kami akan menyediakan linky tools untuk diletakkan pada posting kalian -- menyusul).

PENDAFTARAN GIVEAWAY

Agar bisa mendata jumlah peserta, kalian (anggota BBI) yang berminat ikut serta di giveaway hop ini, harap mendaftarkan blognya di linky tool di bawah ini (posting atau hadiah boleh dilakukan/ditentukan kemudian). Linky tool ini akan ditutup tgl. 12 April 2012 pk. 24:00.


Pope Joan

Tahun 500-1000 tercatat dalam sejarah peradaban umat manusia sebagai Jaman Kegelapan, yaitu masa ketika kemerosotan besar-besaran terjadi dalam peradaban manusia. Baik kemerosotan pengetahuan, budaya, maupun moral. Jaman ini terjadi segera setelah--dan sebagai akibat dari--runtuhnya kekaisaran Romawi. Pada masa itu populasi penduduk di Eropa merosot, dan angka harapan hidup rendah (tidak sampai seperempat populasi dapat mencapai usia limapuluhan tahun), dan banyak penyakit berjangkit karena tingkat kebersihan rendah. Pendeknya, masa itu benar-benar masa kegelapan.

Khususnya di abad ke 9, lahir sebagai perempuan adalah hal paling tak diinginkan oleh manusia mana pun. Perempuan pada jaman itu dibenci dan dianggap tak berharga. Penyiksaan suami terhadap istri disahkan oleh hukum, dan hukuman bagi pemerkosaan sama ringannya dengan pencurian kecil. Di masa seperti itulah si kecil Joan dilahirkan oleh istri seorang kanon (semacam imam) di sebuah desa kecil. Sejak kecil sudah nampak keistimewaan Joan yang haus akan pengetahuan, selalu ingin tahu, dan lebih suka mencuri dengar waktu kakak lelakinya Matthew mendapat pengajaran di rumah daripada harus membantu ibunya mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Ayah Joan berambisi mengirim Mathew dan/atau John—putra kedua keluarga itu—ke pertapaan Fulda, tempat para imam mengenyam pendidikan. Sedang bagi Joan…yah…apakah pilihan yang tersisa selain apa yang diharapkan dari seorang perempuan pada masa itu: menjadi istri penurut dan pengurus anak serta rumah tangga.

Namun ternyata Joan berani menjalani hidup di luar kebiasaan. Semuanya dimulai ketika Matthew--yang digadang-gadang ayahnya untuk sekolah menjadi imam--meninggal dunia, sehingga John-lah yang kini menjadi tumpuan harapan sang kanon. Ketika Aesculapius--seorang imam yang menjadi kepala sekolah di schola (sekolah) milik Gereja--mengunjungi keluarga mereka, sang kanon mengharapkan John pergi bersama Aesculapius untuk masuk schola. Sang imam mengetes calon muridnya, dan mendapati John tak dapat diharapkan, justru Joan lah yang kecerdasannya bersinar karena Matthew sering mengajarnya membaca ketika masih hidup. Aesculapius adalah guru pertama Joan.

Segera terlihat bahwa kecerdasan dan kemampuan Joan berdebat sangat mengagumkan. Meski dihalang-halangi dengan berbagai cara (termasuk siksaan ayahnya), Joan tetap keras kepala untuk dapat sekolah. Ia akhirnya melarikan diri dari rumah untuk menemani John masuk ke schola di Dorstadt yang dikepalai seorang Uskup. Di sanalah ia berjumpa dengan seorang ksatria bernama Gerold, yang langsung mengambil Joan sebagai anak angkatnya untuk menemani putri-putrinya sendiri.

Bisa bersekolah bukan berarti kemerdekaan bagi Joan. Seperti hampir semua orang pada jaman itu yang membenci wanita yang ingin menuntut ilmu, Joan pun diperlakukan sangat tidak adil selama sekolah di schola. Semua penderitaan itu ia telan saja, karena toh dari kecil pun Joan telah kenyang dengan siksaan dari ayahnya. Ketekunan dan impiannya membuat Joan berani dan makin kuat. Hanya Gerold lah satu-satunya laki-laki yang memperlakukan Joan sederajat. Namun justru karena itulah, percik-percik romansa mulai menghiasi hati keduanya. Perasaan cinta itu makin lama makin kuat seiring semakin matangnya usia Joan, dan semakin dekat hubungan mereka karena saling pengertian yang tumbuh di antara mereka. Hingga pada suatu hari istri Gerold mendengar kesaksian dari seseorang yang telah melihat mereka berciuman.

Untuk mendinginkan perasaan cinta terlarangnya, Gerold sengaja menunaikan tugas dari Kaisar untuk berperang di tempat lain. Dan saat itulah istri Gerold bersiasat untuk menikahkan Joan dengan seorang pria. Tepat pada hari pernikahannya, datanglah kaum Viking yang masih barbar menyerang katedral di Dorstadt itu, membunuh semua orang, termasuk keluarga Gerold serta John kakaknya! Joan yang beruntung dapat bersembunyi selama pembantaian itu, tiba-tiba menemukan jalan menuju kebebasan. Ia dapat "meminjam" identitas John. Joan merasa Gerold tak menginginkan dirinya lagi maka ia pergi jauh, sehingga Joan pun mengeraskan hati untuk melupakan cintanya, demi menggapai harapan yang membentang di depannya. Maka pada hari itu, dari pintu katedral yang hancur, keluarlah seorang pemuda--satu-satunya korban yang selamat--yang dengan langkah pasti menuju ke biara Fulda untuk menjadi imam di sana...

John Anglicus, nama baru Joan sebagai laki-laki, akhirnya menjadi seorang imam yang dikenal cerdas. Imam tua yang menjadi tabib mengajarinya untuk menyembuhkan penyakit. Dari sana pamor John Anglicus ini semakin cemerlang--yang membuat hidupnya semakin menderita karena banyak orang iri dan dendam padanya, hingga akhirnya takdir menyeretnya hingga ke Roma, ke istana Kepausan. Ia tiba di Roma ketika Paus Sergius sedang berkuasa. Dari kegiatannya merawat Paus inilah, Joan jadi mengenal intrik politik kotor di sekeliling Paus. Dan alangkah terkejutnya Gerold yang tengah mendampingi Kaisar Lothar mengunjungi Paus Sergius, ketika ia mendapati imam yang bernama John Anglicus itu tak lain tak bukan adalah Joan--permatanya--yang ia kira telah mati dibantai kaum Viking!

"Sungguh aneh apa yang terjadi pada hati manusia. Orang dapat saja terus hidup selama bertahun-tahun, terbiasa kehilangan, serta berdamai dengannya, tetapi kemudian, dalam sekejap saja, rasa sakit itu muncul kembali bersama rasa pedih dan perih seperti luka yang masih baru." ~hlm. 495. Seperti itulah perasaan Joan yang meski berusaha melupakan Gerold, namun pria itu tetap terpatri di hatinya.

Dan Joan pun kini terbelah antara keinginan untuk melarikan diri dari Roma, untuk bersatu sekali dan selamanya dengan pria yang dicintainya, atau mengabdi pada umat dan Gereja dengan segenap kemampuannya. Sebelum mampu mengambil keputusan, tiba-tiba saja datang kabar itu: umat telah memilihnya sebagai Paus berikutnya, ketika Paus yang berkuasa saat itu mangkat. Tiba-tiba saja Joan memegang tampuk kekuasaan tertinggi di Roma. Padahal di sisi lain ada sebuah keluarga yang amat berambisi menjadikan salah satu putranya untuk menjadi Paus. Begitu ambisiusnya, sehingga mereka rela melakukan apa saja. Berhasilkah mereka mencongkel posisi Joan? Dan setelah menjadi Paus, bagaimana kah hubungan Joan dengan Gerold? Bagaimana akhirnya identitas asli Joan bisa terungkap?

Donna Woolfolk Cross telah berhasil merangkai kisah ini dengan cantiknya! Dari fakta sejarah yang cuma sedikit itu (karena keberadaan Pope Joan telah dihapus dari dokumen Gereja Katolik), digabungkan dengan kisah fiktif, menghasilkan kisah yang seru, mendebarkan sekaligus mengaduk-aduk emosi. Mulai miris melihat penderitaan perempuan jaman itu, ngeri akan pembantaian manusia yang kejam, jijik akan politik vulgar para petinggi Gereja, hingga terbuai oleh cinta yang kuat di antara Joan dan Gerold. Membaca kisah ini membuatku dapat melihat bahwa saat-saat itu benar-benar Jaman Kegelapan. Bagi umat manusia, terutama bagi kaum wanita. Tak heran bila pada jaman itu ada beberapa wanita pemberani yang terpaksa menyamar menjadi laki-laki demi melepaskan diri dari kehidupan tanpa harapan itu.

Aku memberikan 5 bintang untuk Pope Joan. Entah bagaimana, emosiku begitu terlibat selama membaca buku ini. Mungkin, itu karena aku melihat diriku sendiri pada sosok Joan, seorang wanita yang merasa dirinya tak sama dengan wanita pada umumnya, yang memiliki keteguhan untuk menjadi penguasa atas hidupnya sendiri, dan meski mencintai seorang pria, namun ia tak pernah bisa menyerahkan dirinya kepada seorang laki-laki seutuhnya. Meski kisah Joan terjadi lebih dari satu milenium yang lalu, namun menurutku hingga kapan pun perempuan akan tetap berada sedikit di bawah laki-laki. Itulah kodrat perempuan, dan hanya ada dua pilihan untuk menghadapinya, berkompromi atau menolak.

Akhirnya kita semua tak pernah tahu apakah kisah Pope Joan ini benar-benar nyata, ataukah hanya sebuah legenda? Namun mana pun yang benar, kisah keberanian Joan untuk mendobrak ketidakadilan terhadap kaumnya memberikan pencerahan bagi kaum perempuan masa kini.

"Terangnya harapan yang dipantikkan oleh para perempuan tersebut hanya serupa kelap-kelip cahaya kecil di samudra kegelapan, tetapi nyalanya tidak pernah sepenuhnya padam. Kesempatan selalu ada dan tersedia bagi kaum perempuan yang cukup kuat untuk bermimpi. Pope Joan adalah kisah dari salah satu pemimpi itu." ~hlm. 732.

Judul: Pope Joan
Penulis: Donna Woolfolk Cross
Penerjemah: FX Dono Sunardi
Penyunting: Vitri Mayastuti
Penerbit: Serambi
Terbit: Januari 2007
Tebal: 736 hlm

Wednesday, March 28, 2012

Wishful Wednesday (5)

Kebetulan 2 hari lalu aku menemukan sebuah buku menarik yang dijadikan salah satu hadiah giveaway oleh sebuah blog. Langsung deh masuk wishlist. Ini dia bukunya:

Mr. Shakespeare's Bastard
by Richard B. Wright



Sepertinya sudah jelas mengapa aku ingin memiliki buku ini, apalagi kalau bukan karena buku ini adalah historical fiction yang menyangkut penulis William Shakespeare? Maklum, sedang suka fiksi tentang penulis dunia...

Sinopsis ada di sini.

Kalau kalian ingin ikutan blog hop ini, silakan meluncur ke blognya Astrid yaa.. Dan ini aturan mainnya:


  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Wednesday, March 21, 2012

Wishful Wednesday (4)

Lama-lama heran juga, setiap hari Rabu aku selalu bertanya-tanya pada diri sendiri, adakah buku incaran yang bisa kupost untuk join blog hop-nya Astrid: Wishful Wednesday. Dan jawabannya selama ini selalu: ADA! Itu kabar yang cukup menakutkan karena berarti tiap minggu paling tidak ada 1 buku yang masuk ke wishlist, padahal kecepatan membacaku belum tentu 1 minggu 1 buku...



Tak apalah...sebelum kita dilarang bermimpi... maka aku berandai-andai bisa mendapatkan buku ini *siapa tahu ada yang berkenan meminjamkan bukunya?..*


Burung-Burung Manyar
by Y.B. Mangunwijaya


Sinopsis bisa dibaca di sini.

Aku ingin memiliki buku ini karena sedang mencoba-coba baca beberapa historical fiction karya penulis lokal. Dan nama Y.B. Mangunwijaya nampaknya tak boleh dilewakan begitu saja... Jadi...adakah yang minjemin? *maksa ceritanya*

Kalau kalian ingin ikutan blog hop ini, silakan meluncur ke blognya Astrid yaa.. Dan ini aturan mainnya:

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Tuesday, March 20, 2012

Pengumuman Pemenang March Giveaway

Tak terasa, dua minggu berlalu sudah. Giveaway untuk buku Fall of Giants by Ken Follett terlah berakhir kemarin (19 Maret 2012) pk. 24:00. Terima kasih bagi para peserta giveaway ini. Kini saatnya menentukan pemenang. Pemenang dihitung dari mereka yang memenuhi seluruh persyaratan giveaway ini. Bagi mereka yang nama/emailnya tidak kutemukan di GFC atau daftar subscriber (atau yang namanya tercantum tapi ybs belum mem-verifikasi), terpaksa tidak kuikutsertakan. Dari semua peserta yang lolos, kuundi menggunakan random.org hingga aku mendapat nomor yang muncul 2x, berarti dialah pemenangnya. Dan setelah 5x mengundi, inilah pemenang yang akan mendapatkan buku Fall of Giants:

Busyra - pemilik blog Bacaan b.zee

Selamat ya buat Busyra! Karena aku sudah memiliki alamatmu, maka kamu tidak perlu susah-susah kirim email (asal alamat pengiriman tidak berubah).

Bagi yang belum menang, jangan kuatir...bulan depan akan ada lagi giveaway di blog ini. Tunggu saja!

Wednesday, March 14, 2012

Wishful Wednesday (3)

It's Wednesday again! And...it's time for me to show off my wishlists. Thanks to Astrid who hoststhis lovely Wishful Wednesday.


  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Salah satu keinginanku yang belum terwujud adalah buku ini:


Namaku Mata Hari
by Remy Sylado


Sinopsisnya ada di sini.

Mengapa aku ingin buku ini? Pertama karena aku suka fiksi sejarah, kedua aku paling antusias dengan semua yang berbau-bau Prancis, dan ketiga..aku lumayan suka dengan gaya tulisan Remy Sylado (sudah pernah membaca 1 bukunya), dan ingin membaca juga kisah mata-mata dari negeri Prancis ini. *Berdoa semoga menang di kuis Gramedia dan boleh memilih buku ini, amin...*

Apa buku incaranmu minggu ini? Ikut saja di blog hopnya Astrid!

Monday, March 12, 2012

Pontius Pilatus

Kalau ada yang bertanya kepadaku, siapa di antara tokoh-tokoh Romawi yang namanya paling dikenang sepanjang masa? Julius Caesar? Jawabku: bukan, Pontius Pilatus! Bagi umat Katolik, nama orang-bukan orang-kudus yang paling banyak disebut-sebut pastinya Pontius Pilatus. Bayangkan, tiap kali kami mengucapkan kredo Aku Percaya, namanya selalu terselip:

“Aku percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dan akan Yesus Kristus PutraNya yang tunggal, (.....), yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan…”

Dan kredo itu diucapkan setiap kali Misa di seluruh dunia, juga dalam doa-doa harian umat Katolik. Nama Pontius Pilatus juga tercetak di semua Alkitab di seluruh dunia. Meski peristiwa penyaliban Yesus
merupakan rencana Tuhan, tapi mau tak mau kami harus mengakui bahwa peran Pilatus dalam peristiwa yang mengubah sejarah itu memang sangat besar. Novel fiksi sejarah
Pontius Pilatus yang ditulis oleh seorang sejarawan bernama Paul L. Maier ini menjabarkan secara terperinci sosok Pontius Pilatus yang mendekati kenyataan, karena Maier menulis buku ini dengan pendekatan sejarah dan kitab suci.

Pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius, Pontius Pilatus adalah seorang Tribun kohor praetorian pertama (pemimpin pasukan) di bawah Prefek (pemimpin pasukan elite pengawal kaisar) L. Aelius Sejanus. Saat itu Sejanus merupakan prefek yang tengah bersinar bintangnya, dan Pilatus sebagai bawahannya berharap turut menikmati kesuksesan dalam karirnya dengan selalu setia pada Sejanus—yang seperti dirinya juga berasal dari kaum equestrian (kalangan menengah di Roma). Suatu hari datanglah penugasan bagi Pilatus untuk menjadi Prefek atau Gubernur di wilayah jajahan Roma di Yudea. Saat itu Yudea adalah salah satu daerah yang paling sulit ditundukkan oleh Roma, karena disanalah tinggal kaum Yahudi yang sulit diatur dengan fanatisme agamanya yang amat kuat.

Singkat kata, Pilatus akhirnya berangkat juga bersama istri yang baru saja dinikahinya: Procula. Meski sebelumnya ia telah banyak belajar dan berkonsultasi dengan koleganya tentang Yudea dan kaum Yahudi, apa yang kelak akan dihadapinya sungguh-sungguh di luar dugaannya. Namun sebenarnya, bukan hanya masalah orang Yahudi saja yang harus dipikirkan Pilatus. Kita tahu bahwa Palestina saat itu merupakan negara jajahan Roma. Di satu sisi Pilatus harus mengakomodasi kehendak Roma agar Yudea taat dan tunduk pada Roma, namun di sisi lain ia harus dapat berkompromi dengan kaum Yahudi yang sangat kuat memegang tradisi keagamaannya hingga ke titik fanatik.

Beberapa kali Pilatus sempat bergesekan dengan para pejabat Sanhedrin (semacam dewan agama) dan Imam Agung dalam hal-hal sepele namun nyaris menimbulkan pemberontakan rakyat Yahudi. Begitulah posisi seorang gubernur yang ditempatkan di Yudea, selalu terjepit antara politik dan teologis. Sementara Pilatus berkutat dengan pekerjaannya di Yudea, pergolakan politik juga terkadi di Roma sendiri. Sejanus yang setia dan diperkirakan akan menggantikan Tiberius sebagai Kaisar, ternyata tak lebih daripada seorang oportunis kejam yang berambisi menjadi kaisar. Ketika Sejanus dan antek-anteknya dibasmi dari Roma, kedudukan Pilatus pun berada di ujung tanduk. Maka dalam tindakannya, selalu ada ketakutan bahwa ia akan membuat marah Kaisar, lalu ia dan keluarganya akan dipulangkan dan dibunuh.

Dalam kondisi seperti itulah tiba-tiba muncul di Galilea seorang nabi bernama Yesus dari Nazareth. Pilatus yang tidak percaya dewa-dewi Yunani dan skeptis terhadap hal-hal mistis dan keagamaan, awalnya menganggap enteng sang nabi yang tampaknya tak memiliki ambisi politik itu. Namun lama-kelamaan Yesus mulai masuk ke Yudea dan meresahkan orang Yahudi di sana karena dianggap menghujat Allah. Puncaknya terjadi saat menjelang Paskah di mana umat Yahudi berbondong-bondong ziarah ke Yerusalem.

"Inilah tahun yang mengubah arah sejarah manusia dan menjungkir-balikkan banyak lapisan di dalam kebudayaan dunia, sejak dari sistem penanggalan di bumi sampai dengan nilai-nilai filsafat dan agama yang mendalam. Namun tak ada seorang pun yang menduganya pada bulan-bulan pertama tahun 33. Tak ada seorang pun tahu bahwa pada suatu saat bukan Roma yang menentukan peristiwa-peristiwa dunia, dan tak seorang pun menduga bahwa Yerusalemlah yang menentukannya."

Saat pengadilan bersejarah tanggal 3 April 33 itu, Pilatus--yang tak menemukan kesalahan apa pun pada Yesus--sebenarnya telah melakukan segalanya untuk membebaskan Yesus dari hukuman mati yang diajukan oleh Sanhedrin. Seharusnya tahanan dengan tuduhan agamis diadili sendiri oleh Sanhedrin, tapi demi menyenangkan Roma, Pilatus telah mengubah aturan itu dengan mengambil alih setiap keputusan hukuman mati di tangannya. Sanhedrin boleh mengadili, tapi Pilatus yang menjatuhkan hukuman mati. Untuk kasus Yesus, Pilatus memutuskan untuk ikut mengadili.

Terhitung 5 kali Pilatus mencari akal untuk tidak menjatuhkan hukuman mati. Awalnya Ia memindahkan kasusnya ke Herodes Antipas yang menguasai Galilea--yang kemudian mengembalikan kasus itu ke Pilatus lagi. Lalu Pilatus berusaha mengajukan solusi pembebasan tawanan tiap Paskah yang sudah menjadi tradisi. Kali ini ia mengajukan 2 pilihan saja: Bar-Abbas si perampok kejam, atau Yesus yang kesalahannya ringan. Bayangkan betapa terkejutnya Pilatus ketika rakyat memilih Bar-Abbas untuk dibebaskan, dan minta Yesus disalibkan! Mentok lagi. Ia lalu menyuruh Yesus didera sebagai hukuman, agar rakyat bersimpati. Gagal juga. Bahkan Pilatus berkata dengan nada memelas pada rakyat: "Ecce homo!" (lihatlah orang ini...), namun rakyat tak bergeming dan malah mengajukan tuduhan yang lebih berat.

Kembali Pilatus menanyai Yesus sendirian, di mana terlontar pertanyaan Pilatus yang terkenal itu: "Apa itu kebenaran?". Karena Yesus tak membela dirinya, Pilatus pun bingung. Dan akhirnya ancaman dari Sanhedrin untuk mengadukan Pilatus kepada Kaisar meruntuhkan hati nuraninya. Pilatus dipaksa untuk menjatuhkan hukuman mati itu, meski akhirnya ia cuci tangan.

Dengan membaca buku ini, kita akan diajak memahami peristiwa penyaliban Yesus dari sudut pandang Pilatus sebagai pejabat Roma. Kalau selama ini kita merasa bahwa Pilatus pengecut, namun dengan menyadari situasi saat itu, kita mungkin akan melakukan yang sama bila berada di tempatnya. Kita akan berusaha membantu orang yang tak bersalah, tapi kita pasti akan memikirkan keselamatan diri sendiri kalau bukan orang yang kita cintai. Dan ingat, saat itu Yesus hanya dianggap sebagai nabi biasa, bukan putra Allah!

Yang lebih menarik dari buku ini adalah kisah hidup dan karier Pilatus setelah peristiwa penyaliban itu, suatu hal yang tak pernah kita pikirkan. Apakah ia makin sukses dan kembali ke Roma? Apakah ia menyesali perbuatannya? Apakah ia akhirnya beriman Kristen? Hal-hal itulah yang menarik dari buku ini, selain juga kisah perkawinannya dengan Procula yang terjalin mesra selama sepuluh tahun. Cintanya kepada Procula lah yang menegarkan Pilatus ketika dipanggil menghadap Kaisar Tiberius yang mungkin merupakan hukuman mati baginya.

Dan akhirnya...seperti kata Saulus (Paulus)..

"Baik Pilatus maupun Kornelius (bawahan Pilatus) merupakan bagian dari rencana Allah yang Mahatinggi bagi umat manusia. Apa yang terjadi pada hari raya Paskah itu penting bagi seluruh alam. Seluruh sejarah akan berkisar pada peristiwa itu. Suatu ketika nanti Pilatus akan paham."

Yang jelas, aku menjadi lebih paham tentang peran seorang Pontius Pilatus dalam rencana Allah ini.

4 bintang aku berikan untuk buku ini yang dijadikan 2 bagian oleh Penerbit Dioma. Harusnya aku ingin memberikan 5 bintang, namun sayang banyak typo di sana-sini yang lumayan mengganggu. Catatan-catatan kaki dan penulisan sumber sejarah membuatku semakin menghargai kisah yang aku yakin telah ditulis dengan cermat oleh Paul L. Maier.

Judul: Pontius Pilatus
(buku 1: Dari Panglima Sampai Takhta Gubernur;
buku 2: Dari Pengadilan Kontroversial Sampai Kejatuhan)
Penulis: Paul L. Maier
Penerjemah: FX Bambang Kussriyanto
Penerbit: Dioma
Terbit: buku 1: September 2009; buku 2: Oktober 2009
Tebal: buku 1: 320 hlm; buku 2: 298 hlm

Wednesday, March 7, 2012

Wishful Wednesday (2)

Berhubung banyak buku yang masuk wishlistku, jangan heran kalau aku bakal sering-sering posting Wishful Wednesday Blog Hop. Seperti minggu lalu, aturannya adalah:

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)


Dan inilah buku yang kuinginkan minggu ini:



THE LAST DICKENS - by Matthew Pearl


Sinopsis:

Boston, 1870. When news of Charles Dickens's sudden death reaches his struggling American publisher, James Osgood sends his trusted clerk, Daniel Sand, to await the arrival of Dickens's unfinished final manuscript. But Daniel never returns, and when his body is discovered by the docks, Osgood must embark on a quest to find the missing end to the novel and unmask the killer. With Daniel's sister Rebecca at his side, Osgood races the clock through a dangerous web of opium dens, sadistic thugs, and literary lions to solve a genius's last mystery and save his own life --and the life of the woman he loves.

Kenapa aku ingin buku ini? Karena aku mulai suka pada buku-bukunya Charles Dickens, juga pada sang penulis sendiri. Aku sudah pernah membaca 1 karya Matthew Pearl yang Misteri Kematian Poe (Edgar Allan Poe), dan lumayan suka pada tulisannya. Berharap-harap semoga ada penerbit yang mau menerjemahkan buku ini!

Tuesday, March 6, 2012

March Giveaway

Memasuki bulan Maret, aku ingin berbagi novel historical fiction keren dari pengarang favoritku: Ken Follett, yaitu FALL OF GIANTS. Reviewku ada di sini.



Untuk mengikuti giveaway ini gampang saja kok:

1. Giveaway terbuka untuk siapa saja yang berdomisili di Indonesia.

2. Wajib follow blog Fanda's Historical Fiction ini, bisa lewat "Follow My Blog" atau "Follow By Email" di sidebar kanan.

3. Wajib menjawab pertanyaan ini: "Sebutkan novel historical fiction rekomendasimu!" di kotak komentar

4. Optional: Kalau berkenan dan punya akun Twitter, silakan follow twitterku: @Fanda_A

5. Optional: Kalau berkenan, silakan share giveaway ini di twitter kamu.

6. Setelah mengisi komentar, isi form di bawah ini untuk memudahkan aku mengecek partisipasimu.

7. Pemenang akan ditentukan dengan undian (random.org)

8. Giveaway ini ditutup tgl. 19 Maret 2012 pk. 24:00. Pemenang akan diumumkan tgl. 20 Maret 2012. Bila 48 jam setelah kuhubungi, pemenang belum memberikan datanya, maka aku akan melakukan pengundian ulang.


Monday, March 5, 2012

[Historical Fiction Movie] The Pillars of The Earth

Miniseri The Pillars of The Earth yang dirilis pada tahun 2010 ini merupakan adaptasi novel historical fiction karya Ken Follett berjudul sama. Terdiri dari 8 episode, aku menonton versi DVD-nya yang terdiri dari 3 DVD. Yang harus kuacungi jempol dari miniseri ini adalah pilihan castingnya--yang aku bandingkan dengan penggambaran karakter masing-masing tokoh lewat imajinasiku dari penuturan Follett di bukunya. Hampir semua tokoh berhasil diperankan oleh aktor-aktrisnya dengan baik. Sayangnya peran Prior Philip yang paling aku sukai dari kisah ini, justru kurang pas diperankan oleh Matthew Macfadyen. Menurutku, Macfadyen membuat Philip nampak lebih lemah, peragu dan terlalu "kompromi". Philip yang kutangkap dari buku, adalah sosok yang berani mengambil keputusan, dan selalu teguh memegang prinsip. Kupikir, mungkin sebaiknya tokoh Philip ini diperankan seseorang yang lebih memiliki garis wajah dan postur yang kokoh.

Kalau di buku aku paling suka dengan Philip, maka di miniseri ini aku jadi jatuh cinta pada Tom Builder. Diperankan oleh Rufus Sewell--yang ternyata ganteng! ehm..ehm...--Tom Builder tepat seperti yang kubayangkan di bukunya. Kokoh pada pendiriannya, memiliki impian dan bekerja keras mewujudkannya. Karena pekerjaannya berhubungan dengan batu, maka tubuhnya kokoh, dan keberaniannya bak batu karang. Hanya saja di film ini aku mendapat kejutan, Tom Builder ternyata juga ganteng!... Aku suka dengan matanya yang menatapmu tajam itu, membuatnya terlihat sexy…


Ini foto Rufus Sewell yang sesungguhnya, dan ketika memerankan Tom Builder

Di jajaran pemeran wanita, aku paling suka dengan Ellen. Bahkan menurutku casting terbaik di film ini adalah Natalia Worner yang memerankan Ellen. Tepat seperti yang kubayangkan. Tegas, liar, cerdik, misterius namun juga sensual. Natalia Worner yang seorang aktris Jerman berhasil memerankan Ellen dengan sangat baik.


Sosok Natalia Worner sesungguhnya dan ketika memerankan Ellen


Coba intip foto Rufus Sewell dan Natalia Worner berpose berdua dalam launching miniseri ini. Mereka memang pasangan yang cocok kan? Begitu juga di miniseri The Pillars of The Earth ini.

Lalu bagaimana dengan para tokoh sentral miniseri ini, yakni pasangan Jack-Aliena? Untuk Jack, sosok Eddie Redmayne yang tinggi ceking, berwajah tirus dan bergaris tegas ini memang pas memerankan Jack. Tapi aku kok merasa aktingnya terlalu kaku dan kurang "hidup" ya? Padahal si Eddie ini bukan orang baru di dunia teater, dan pernah memenangkan penghargaan juga di panggung teater. Mungkin teater dan film memang beda ya? Halley Atwell kuanggap cukup sukses memerankan Aliena yang teguh dan cerdas. Sedang Donald Shutterland tampil apik memerankan Earl Bartholomew.


Sosok Eddie Redmayne sesungguhnya dan saat menjadi Jack

Lalu bagaimana dengan filmnya sendiri? Nah...ini yang mengecewakanku. Banyak detail yang dihilangkan di film ini (kalau ini masih bisa kumengerti mengingat bukunya yang setebal 1000-an halaman itu), namun yang paling kusayangkan adalah kesan realisme magis yang banyak bertebaran sepanjang miniseri ini. Contohnya saat King Stephen mendapat "penampakan" dari kakak yang telah dibunuhnya, dan dalam salah satu penampakan menunjukkan bahwa musuh yang harus ditakuti adalah pemuda berambut merah--yang merujuk pada Jack. Tapi yang paling tak kusukai adalah William dan ibunya—Lady Regan—yang ternyata mengalami Oedipus Complex, yang nyata-nyata tak pernah ada di bukunya. Cukup menjijikkan juga adegan mesra ibu-putra ini, meski efeknya mungkin makin membuat penonton benci kepada William dan Lady Regan. Ada lagi sisi lain Uskup jahat Waleran Bigod (nama belakang yang intriguing!) yang suka menyiksa diri sendiri sebagai bentuk penyesalan. Aku tak ingat ini diungkap dalam buku, tapi meski ada, tetap saja agak mengganggu keindahan cerita.

Secara keseluruhan ada beberapa detil cerita yang berbeda dari buku (yang memang biasa terjadi di film adaptasi). Satu yang jelas, bertobatnya Remigius tak nampak di miniseri ini. Beda dengan buku, di miniseri Remigius dari awal sudah kelihatan bersekongkol dengan Waleran, sehingga pada akhir cerita tak ada tersisa lagi misteri. Dan mau tak mau aku harus bilang bahwa--seperti biasa--versi bukunya jauuuuh lebih bagus dari filmnya, karena film tak mampu menangkap esensi kisahnya. Miniseri The Pillars of the Earth dengan ending yang kurang menggigit ini hanya meneguhkan pendapatku itu. Miniseri ini bagus kalau kau belum membaca bukunya, tapi setelah membaca buku yang tahun lalu kunobatkan sebagai The Best Reading of the Year, yah...rasanya miniseri ini belum apa-apa deh...

Rating: 7 / 10

Judul miniseri: The Pillars of the Earth
Pemeran : Matthew Macfadyen (as Philip), Eddie Redmayne (as Jack), Halley Atwell (as Aliena)
Beredar: 2010