Tuesday, August 9, 2011

Désirée

Takdir itu aneh. Sering ia membawa manusia ke kehidupan yang sama sekali tak pernah terbayangkan, yang berbeda bahkan hampir 360 derajat. Takdir pula yang membawa seorang wanita Prancis, warga negara biasa bernama Bernadine Eugenie Désirée Clary, menjadi saksi sekaligus pelaku banyak hal penting di dunia saat ia hidup. Takdir juga membawa dua orang pria paling penting pada jaman Revolusi Prancis ke dalam kehidupan Désirée. Dua pria yang sama-sama mencintai Désirée dengan cara yang berbeda…

Désirée adalah putri keluarga kaya pedagang kain sutra yang terhormat di Marseilles pada sekitar abad 18-19. Ia tak secantik Julie, kakaknya, namun memiliki karakter pemberani. Saat berusia 14 tahun, kakak laki-lakinya dipenjarakan dalam kekisruhan akibat Revolusi Prancis. Demi membebaskan sang kakak, Désirée menemani kakak iparnya menghadap ke kantor Komite Keamanan Masyarakat. Lama menunggu antrean, Désirée akhirnya tertidur hingga malam tiba. Seorang staf Komite itu iba melihatnya dan mengantarkannya pulang. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Joseph Buonaparte, pemuda miskin yang berasal dari Korsika (pulau yang terletak antara Prancis dan Italia). Mengetahui bahwa Désirée gadis dari keluarga kaya, Joseph tertarik untuk menjalin hubungan dengannya atau kakak perempuannya yang menurut Désirée berwajah cantik. Saat itu menikahi gadis kaya sangat menguntungkan karena mas kawin yang besar. Di titik inilah Désirée membawa masuk takdir yang akan mengubah hidup keluarganya.

Joseph kemudian masuk ke dalam keluarga Clary dengan mengajak adik laki-lakinya yang menjadi Jendral: Napoleone Buonaparte. Joseph segera bertunangan dengan Julie, sementara api asmara mulai memercik di antara Désirée dan Napoleone. Napoleone adalah pemuda yang jauh dari tampan, bertubuh pendek, seragam Jendralnya usang, namun memiliki ambisi besar. Bahkan kelewat besar, karena secara samar-samar ia mengindikasikan bahwa suatu hari dirinya akan menjadi pemimpin besar. Sebuah pernyataan yang dianggap sekedar mimpi bagi Désirée saat itu. Karena usia Désirée saat itu baru 16 tahun, ibunya meminta Napoleone untuk menunggu, ketika akhirnya Napoleone melamar Désirée. Sementara itu Napoleone mulai mencari jalan untuk mewujudkan ambisinya di Paris. Adalah seorang perempuan panggilan yang saat itu tercantik di Paris bernama Josephine Beauharnais. Napoleone melihat kesempatan bagus untuk menjalin hubungan dengan orang-orang penting di sekitar Josephine, maka ia pun memutuskan untuk bertunangan lalu menikahi Josephine, alih-alih menikahi seorang gadis yang “hanya” putri pedagang sutra!

Anehnya, justru pada momen pengkhianatan tunangannya itulah, takdir membawa pria bernama Jean-Baptiste Bernadotte masuk ke dalam kehidupan Désirée. Aku sendiri sudah langsung jatuh cinta pada tokoh Bernadotte ini semenjak ia menggagalkan usaha bunuh diri Désirée yang ingin melompat dari atas jembatan karena patah hati. Begitu lembut dan gentleman sikap Bernadotte terhadap gadis kecil yang (dikiranya) miskin dan hanya rakyat biasa. Bahkan saat itu juga Bernadotte menyatakan keinginannya untuk menikahi Désirée! Namun baru beberapa tahun kemudian secara tak sengaja Désirée berjumpa kembali dengan Bernadotte dalam suatu kunjungan si pria, yang kini telah menjadi Jendral, ke rumah Joseph dan Julie. Dalam pertemuan kedua inilah keduanya akhirnya menikah.

Sejak itu, hidup Désirée akan mengalami banyak gejolak. Bernadotte menjadi Menteri Perang untuk Napoleon Bonaparte (yang telah mengganti nama Korsikanya agar menjadi lebih “Prancis) yang telah menjadi Konsul Pertama Prancis. Seperti Napoleon, Bernadotte juga lahir dari keluarga miskin. Selama beberapa saat ia hanyalah seorang sersan. Seperti Napoleon pula, Bernadotte memiliki ambisi politik. Namun, berbeda dengan Napoleon yang ambisinya murni ambisi pribadi (untuk membuat dirinya paling tinggi dan paling agung, tak peduli harus mengorbankan banyak orang), ambisi Bernadotte lebih kepada idealisme dan kecintaannya pada Republik. Itulah yang membuatnya lantas berseberangan dan bermusuhan dengan Napoleon yang ingin menjadikan Prancis negara monarki, tentu saja dengan dirinya yang menjadi Kaisar Napoleon!

(gambar: lukisan Désirée saat muda -- sumber: wikipedia)

Keluar dari bayang-bayang Napoleon, karir Bernadotte pun melesat hingga akhirnya ia dijadikan Putra Mahkota Swedia setelah membuktikan dirinya sebagai panglima perang yang mumpuni dan pemimpin yang hebat. Bernadotte pula yang menjadi arsitek koalisi Rusia, Inggris dan Swedia ketika akhirnya mereka mengalahkan Napoleon dengan telak di Moskow. Kita semua tahu dari sejarah, bahwa Napoleon akhirnya dibuang ke Pulau Elba, namun lalu menyusun serangan lagi dan kembali memasuki kota Paris dalam kemegahan, hanya untuk kemudian benar-benar hancur dan akhirnya menjalani pembuangan di pulau St. Helena, di mana ia akhirnya menemui ajalnya. Sedang Jean-Baptiste Bernadotte akhirnya mencapai karir tertingginya ketika dinobatkan sebagai Raja Swedia dan Norwegia. Dinasti Bernadotte menjadi cikal bakal banyak kelurga monarki di negara-negara Skandinavia hingga kini. Dan tentu saja, seiring segala perubahan status Bernadotte, berubah pula kehidupan dan status istri tercintanya: Désirée. Si anak pedagang sutra Marseilles itu akhirnya menjadi seorang ratu!

salah satu lukisan Jean-Baptiste Bernadotte (sumber: wikipedia)

***

Kalau anda merasa penuturan sejarah Prancis jaman Napoleon ini rumit, jangan berpikir untuk meletakkan buku ini sebelum tamat! Karena semua detail sejarah itu telah dibungkus oleh Annemarie Selinko –sang penulis—dengan kisah yang indah dan emosional. Karakter Désirée dan perjalanan hidupnya amat menarik. Karena kisah ini berupa diary yang ditulis Désirée setiap kali ada kejadian penting, maka anda serasa mendampingi Désirée di setiap momen dalam hidupnya. Anda akan melihat kemanjaannya kepada Jean-Baptiste, ikut merasakan juga kehangatan dekapan Jean-Baptiste pada Désirée, atau gejolak perasaan Désirée setiap kali Jean-Baptiste harus meninggalkannya demi membela negara. Atau bagaimana gelisahnya Désirée ketika menanti-nanti kedatangan Jean-Baptiste dari medan perang, ketika ia terlonjak tiap mendengar suara kereta kuda mendekat, dan bagaimana kegembiraan meledak ketika akhirnya Jean-Baptiste datang, menghambur masuk ke rumah untuk menumpahkan kerinduannya dengan mencium Désirée. Tenggorokan anda akan tercekat ketika Désirée menyadari bahwa dirinya bodoh dan tak layak menjadi Ratu Swedia mendampingi suaminya, maka ia pasrah bila Jean-Baptiste harus mengambil istri kedua atau selir. Lalu bayangkan betapa leganya ketika anda seolah turut mendengar bahwa bagi Jean-Baptiste, Désirée akan tetap dan selalu akan menjadi istrinya….

Di sisi lain, anda akan turut berdebar-debar tiap kali Napoleon memanggil Désirée atau ketika Désirée harus menemui sang Kaisar. Dari goresan tinta Désirée yang seolah-olah sedang anda baca, mungkin anda –seperti aku juga—akan dapat mengambil kesimpulan bagaimana perasaan Napoleon sesungguhnya terhadap Désirée. Apakah ia pernah mencintainya? Anda juga akan bisa merasakan betapa gamangnya Désirée setiap kali ia harus menunaikan tugas penting yang akan turut mengubah sejarah. Dari tiap kejadian itu, anda akan melihat keberanian yang tersimpan dalam tubuh mungil Désirée. Satu hal yang aku kagumi darinya adalah tekatnya untuk tetap menjadi dirinya sendiri, meski ia sudah menjadi Ratu. Menjadi Ratu atau status lainnya, adalah status yang diberikan oleh dunia, sedang kita adalah diri kita apa adanya, seperti apa kita dilahirkan. Dari awal hingga akhir Désirée berulang-ulang menyebutkan dirinya sebagai putri pedagang sutra terbesar di Marseilles, seolah untuk terus mengingatkan diri akan jati dirinya, dan untuk tetap membawa kehormatan ayahnya dalam dirinya. Hal yang ia ajarkan pada anak dan menantunya untuk selalu ditanamkan pada keturunan mereka kelak.

Akhirnya, Désirée telah mempesonaku. Dengan sejarahnya, dengan karakternya, dengan kisah cintanya. 5 bintang untukmu dan untuk Annemarie Selinko yang telah menulis buku ini sedemikian rupa sehingga mampu membuatku turut terlibat ke dalam jalinan kisahnya. Terima kasih buat penerbit Serambi dan penerjemah mbak Istiani Prajoko yang telah menerjemahkan buku ini. Sayang, ada typo yang cukup mengganggu di halaman 432, keterangan waktu yang seharusnya: Paris, 30 September 1810 – keliru tercetak Paris, 30 September 1980. Semoga kesalahan itu bisa diperbaiki di edisi-edisi berikutnya. Bagaimanapun, Désirée adalah buku yang sangat layak dinikmati…

Judul: Désirée
Judul asli: Désirée, by Phoenix Press, London, 2002
Penulis: Annemarie Selinko
Penerjemah: Istiani Prajoko
Penerbit: Serambi
Terbit: Mei 2011
Tebal: 686 hlm

Wednesday, August 3, 2011

A Golden Web


Delizioso!”, celoteh bayi perempuan berusia 8 bulan itu setelah mengecap air susu dari payudara ibu susunya. Ya, anda tak salah baca! Kata dalam bahasa Italia yang artinya “lezat” itu keluar dari mulut seorang bayi, yang bukan hanya dapat melafalkan kata itu dengan benar, namun juga memahami sensasi yang diekspresikan kata itu. Jadi, tak mengherankan kan, kalau si bayi itu kemudian tumbuh menjadi seorang gadis yang amat pandai. Alessandra Giliani, nama gadis itu. Lahir di awal abad 14 bukanlah waktu yang tepat bagi seorang perempuan yang memiliki cita-cita setinggi langit, meskipun “setinggi langit” di sini hanyalah berarti mempelajari ilmu kedokteran di bangku kuliah. Resiko terbesar bagi perempuan yang mau mendobrak dominasi kaum pria seperti itu, adalah dibakar! Namun resiko itu dikalahkan oleh gabungan impian dan keberanian dari Alessandra, gadis muda dari Persiceto, Italia.

Sejak kecil Alessandra telah menunjukkan ketertarikan pada alam sekitar. Tak seperti anak gadis umumnya yang tinggal di rumah dan membantu ibunya mengurus rumah tangga, Alessandra senang bertualang di alam bebas, memperhatikan makhluk hidup dan semua fenomena alam. Ia biasa bepergian secara diam-diam bersama abangnya: Nicco yang amat menyayanginya. Ibu Alessandra meninggal saat ia masih kecil, dan seorang ibu tiri yang tak menyukainya menggantikan tempat di sisi ayahnya. Ursula, ibu tirinya itu, sangat ingin “menendang” keluar Alessandra dari rumahnya, maka ia dan ayah Alessandra mengatur sebuah perjodohan dengan anak pengusaha kaya. Demi mengejar impian dan menghindari perkawinan, Alessandra pun merancang rencana untuk melarikan diri ke Bologna demi belajar kedokteran.

Untunglah, ritual sebelum pernikahan bagi gadis anak orang kaya di masa itu, adalah menjalani pingitan di biara. Alessandra pun akhirnya melarikan diri dari biara tempat ia dipingit. Masalah kedua yang harus dihadapi Alessandra di tempat tujuannya adalah kenyataan bahwa gadis atau perempuan tak boleh mengikuti pelajaran. Namun bukan Alessandra kalau tak dapat memikirkan solusinya. Samaran sebagai seorang pemuda dipakainya, sehingga ia akhirnya menjelma menjadi Sandro, mahasiswa cerdas di Bologna.

Apakah semuanya lantas berjalan dengan lancar? Tentu saja tidak. Awalnya seorang mahasiswa miskin yang sama-sama magang di kediaman professor kedokteran Mondino de’ Liuzi, memergoki samarannya. Belum lagi si mahasiswa ganteng bernama Otto yang mulai menebarkan benih-benih cinta dalam hatinya. Namun di luar itu, impian Alessandra untuk belajar kedokteran berjalan mulus. Bahkan Mondino mengangkatnya sebagai asisten yang tugasnya melakukan pembedahan pada mayat, sementara sang professor menjelaskan anatomi tubuh pada mahasiswa-mahasiswanya. Kepandaian dan ketrampilannya memegang pisau bedah dengan cepat beredar ke seluruh Bologna.

Sementara itu di Persiceto, rencana untuk menikahkan Alessandra telah semakin dekat. Ayahnya, diikuti diam-diam oleh Nicco, berangkat ke Bologna untuk menemui calon menantunya. Siapakah ia? Dan bagaimana kalau ayahnya menemukan Alessandra dalam samarannya sebagai Sandro di Bologna?

***


Belajar Kedokteran dan Anatomi di Bologna


Banyak hal menarik yang kutemui di buku ini. Salah satunya adalah proses belajar para mahasiswa di Bologna. Alih-alih mendaftarkan diri ke universitas tertentu untuk mendapatkan pengajaran, para mahasiswa mendirikan asosiasi mahasiswa dan mengundang ahli/profesor yang mereka pilih sendiri untuk mengajar mereka, di tempat yang mereka tentukan sendiri yang tak terjadwal, namun biasanya di lapangan terbuka. Jadi, untuk mendapatkan pengajaran, anda cukup membayar kepada asosiasi, lalu mulai mengikuti pelajaran. Hal menarik kedua adalah cara mengajar professor Mondino de’ Liuzi. Ia biasa duduk di kursi pengajar yang tinggi (mengingatkanku pada kursi wasit bulu tangkis), dengan 2 orang asisten menekuri sebujur mayat segar. Salah satunya akan melakukan pembedahan, satunya lagi akan menunjukkan bagian yang disebutkan oleh Mondino dalam pengajarannya, seraya mengutip dari bukunya, sementara para mahasiswa menyimak di seberangnya.


Begini kira-kira pose saat Mondino mengajar, bersama Alessandra yang membantu pembedahan



Tapi yang paling menarik, tentu saja, mengenai apa yang diperjuangkan oleh Alessandra semasa hidupnya yang singkat. Setelah mondok di kediaman professor Mondino, sekaligus menjadi asisten tetapnya, Alessandra menemukan dirinya tenggelam dalam ketertarikan pada bidang anatomi dan pembedahan. Setelah beberapa kali mempraktekkan pembedahan pada mayat babi (berkat bantuan Otto), Alessandra akhirnya menemukan suatu teori yang mengagumkan: sirkulasi darah di tubuh manusia. Alessandra membuat 2 cairan pewarna dengan warna merah dan biru. Setelah mengeringkan darah dari mayat segar manusia sungguhan, ia menyuntikkan cairan biru dari sebelah kanan jantung, dan merah dari sebelah kiri. Dengan cara ini Alessandra adalah manusia pertama di dunia yang pernah menyaksikan perjalanan darah dari bilik kiri jantung ke bilik kanan jantung, dari jantung ke paru-paru dan kembali lagi ke jantung (mungkin dari sinilah pembuluh arteri diberi warna merah dan pembuluh vena diberi warna biru pada pelajaran biologi kita!). Pendek kata, penemuan itu adalah penemuan yang mematahkan apa yang pernah dipelajarinya hingga saat itu, bahkan dari gurunya sendiri: Mondino.

Jelaslah bahwa Alessandra telah membuktikan bahwa perempuan sepertinya juga mampu berkiprah di dunia ini. Jauh sebelum emansipasi digaungkan, Alessandra telah menjadi ahli anatomi perempuan pertama di dunia. Dengan pencapaiannya itu, Alessandra seolah berteriak pada dunia bahwa masa depan seorang perempuan bukan saja terletak di antara 2 pilihan: masuk biara atau menikah. Perempuan pun dapat menggapai jenjang pendidikan dan karir seperti halnya pria. Dan untuk berhasil, dibutuhkan lebih dari sebuah niat, keberanian untuk mengambil resiko lah yang paling menentukan keberhasilan atau kegagalan kita.

Sejumput romantika, secuil biologi dicampurkan ke dalam semangkuk kisah emansipasi, menghasilkan ramuan bacaan yang menghibur sekaligus mencerahkan ini! 4 bintang untuk A Golden Web, dan aku berharap penerbit Atria akan semakin banyak menerbitkan kisah-kisah sejarah yang berbobot seperti ini sambil tetap mengusung keceriaan dalam kisah bernuansa young-adult!

Judul: A Golden Web
Pengarang: Barbara Quick
Penerbit: Atria
Terbit: Maret 2011
Tebal: 272 hlm

Monday, August 1, 2011

The Heretic's Daughter

Manusia cenderung mempercayai apa yang ingin ia percayai. Itulah yang mendasari salah satu sejarah terkelam yang terjadi di Amerika pada akhir abad 17: Pengadilan Penyihir Salem. Peristiwa itu membawa banyak korban yang harus dihukum mati karena dituduh/dianggap sebagai penyihir. Salah satunya adalah seorang wanita bernama Martha Carrier. Salah seorang keturunannya lah yang menulis kisah ini, yakni Kathleen Kent.

Keluarga Carrier merupakan keluarga yang hidup sederhana di Bilerica. Thomas adalah suami dan ayah yang pendiam dan menyimpan ketenangan di balik tubuhnya yang besar. Martha adalah seorang wanita tangguh, keras kepala, tegas. Suatu karakter yang jarang ditemui pada kaum wanita pada jaman itu yang halus dan penurut. Martha bahkan berani membentak laki-laki yang memiliki niat jahat terhadap keluarganya. Sarah, yang menjadi penutur di kisah ini adalah anak perempuan pertama di keluarga itu. Ia memiliki 3 abang dan 1 adik perempuan.

Kisah diawali dengan peristiwa wabah cacar yang melanda desa mereka. Dari situ rasanya kisah ini tidak berjalan ke mana-mana. Kathleen hanya berputar-putar di Andover, memperlihatkan wajah desa dengan komunitas kecilnya, bagaimana piciknya pandangan mereka pada saat itu. Bagaimana kecurigaan tumbuh antar tetangga, bahkan antar kerabat dekat. Benih-benih itulah, seperti halnya cacar, yang tumbuh dari kecil hingga akhirnya membesar, meluas, dan akhirnya mematikan. Penyakit, baik pada hewan maupun manusia, atau kebakaran ladang, semua dihubung-hubungkan dengan sihir. Maka begitu seseorang sudah mengeluarkan tuduhan "sihir", kata itu bak bergaung ke seluruh wilayah Salem dan sekitarnya. Semua dendam dan amarah akhirnya menemukan tempat penyaluran: teriakilah musuhmu sebagai penyihir, maka kau tak perlu bersusah payah membalas dendam, dan dendammu akan terbalas secara sah oleh hukum.

Ketika isu merebak bahwa banyak orang ditangkap karena dianggap penyihir, hubungan Sarah yang tadinya jauh dan dingin terhadap ibunya, mulai menghangat. Dalam kondisi ketakutan dan kecemasan, mereka pun menyadari kemiripan di antara mereka berdua. Martha menyuruh Sarah untuk mengakui bahwa ibunya penyihir untuk menjamin kehidupan Sarah dan seluruh keluarga. Martha sendiri takkan pernah mengakui hal yang tak pernah diperbuatnya. Kebenaran akan ia junjung tinggi, meski untuk itu ia harus mengorbankan hidupnya sendiri.

Akhirnya keluarga Carrier ditangkap, kecuali sang ayah. Kathleen menggambarkan dengan detail kondisi di penjara yang suram dan jauh dari manusiawi itu. Hingga tiba saatnya Martha Carrier dihukum gantung karena dianggap sebagai "Ratu Penyihir" dan tak pernah mau mengakui bahwa ia penyihir. Adegan perpisahan yang menyayat hati tergambar jelas di sini. Keputusan Martha untuk menyuruh anak-anaknya berbohong ternyata benar, karena hal itu terbukti menyelamatkan nasib mereka. Sedangkan Martha sendiri menghadapi kematian dengan kepala tegak, tetap menjunjung tinggi kebenaran dan kehormatan.

“Kehidupan bukanlah sesuatu yang kaumiliki atau yang bisa kau simpan. Kehidupan adalah sesuatu yang sanggup kaulepaskan. Boleh jadi tak ada pilihan lain kecuali merelakannya.$E2�� ~Martha Carrier

Petikan berita di surat kabar lawas tentang Martha Carrier yang diadili sebagai penyihir
(sumber: marthacarrier.org)


Mengapa pengadilan penyihir Salem harus terjadi?

Pertanyaan yang terus bercokol di benakku. Apakah –sebenarnya—ada praktik sihir dan penenungan di Salem? Setelah browsing di internet, aku tak menemukan informasi apapun tentang penyihir. Jadi, kesimpulanku, hal itu terjadi karena kombinasi sempitnya wawasan dan sifat buruk manusia. Peristiwa Salem dipicu oleh sakitnya anak perempuan Pendeta Parris. Di kemudian hari, gejala-gejala yang dideritanya disinyalir sebagai penyakit yang disebabkan karena semacam fungus yang menginfeksi bahan makanan yang dimakannya. Namun oleh penduduk gejala itu dikaitkan dengan buku Cotton Mather tentang praktek sihir, dan dengan kentalnya takhayul di antara mereka, maka mereka segera mempercayai bahwa si gadis kecil kena sihir (sumber: law2.umkc.edu). Hal ini diperparah dengan sistem hukum yang buruk dan adanya konflik pribadi antar keluarga atau tetangga, dan dengan gampangnya orang menuding orang lain sebagai penyihir. Dari sebuah kebetulan, akhirnya menjadi kepastian, karena manusia cenderung mempercayai apa yang ingin ia percayai.

Apakah praktek itu hanya terjadi pada abad-abad lalu, khususnya pada tahun kelam 1692 itu? Tidak. Hingga saat inipun kita juga sering cenderung mempercayai sesuatu yang ingin kita percayai. Ketika seorang mantan narapidana dituduh melakukan kejahatan, kita akan langsung percaya, karena di benak kita sudah terpancang anggapan bahwa narapidana = kriminal. Padahal belum tentu ia melakukan kejahatan yang dituduhkan. Coba saja, ketika seorang selebriti idola orang banyak dituduh melakukan hal buruk, pasti banyak yang tak percaya. Karena kita semua ingin mempercayai bahwa idola kita adalah manusia sempurna.

Bagaimana pun, The Heretic’s Daughter sekali lagi membuka mata kita pada kelemahan manusia. Meski sekarang manusia modern sudah lebih berwawasan dan kritis, namun kelemahan manusia itu tetap ada. Mari kita menjadi lebih kritis lagi pada apapun yang kita dengar/lihat. Jangan terlalu gampang larut dalam arus masa sebelum kita memahami duduk perkaranya dengan jelas.

3 bintang untuk buku ini!

Judul: The Heretic's Daughter
Penulis: Kathleen Kent
Penerbit: Matahati
Terbit: Mei 2011
Tebal: 282 hlm